Sabtu, 06 Maret 2021

Gurem

Sekali lirik puisi satu bait 
Wajah penuh prosa 
Menjelma kata
Nun jauh disana 
Senyumannya hmmmm pohon rindang tepi sawah
Gigi putih bersih tanpa cela 
Hidungnya rapi ukiran berseni
Pipinya air terjun 1 banding 4 bening memercik pelangi
Matanya ranum bunga sepatu mekar basah embun dan segar 
Keningnya sabana tanpa fauna
Rambutnya ombak pantai selatan 
Gilaa 
Tuhan maha karya
Jauh sekali disana
 


Senin, 01 Maret 2021

goblok

 bayangkan sebutir beras jatuh di lubang hidungmu tersedot dalam tarikan nafas kencangmu menacap di kerongkongan hingga kau tersedak dan mati. atau sebakul beras sehabis masak dari dari dandang di atas tungku tumpah dipunggungmu lengket dan panas, ada seseorang yang bersikeras memendam kenangan dan menyimpannya walaupun itu berarti siksa, ada yang memanggil nama seseorang dengan kencangnya berharap datang padahal yang di panggil udah tiada bukankah itu siksa? jangan kan memanggil membayangkan wajahnya pun seperti siksa lalu entaahlah yg bagiku siksa belum tentu bagimu, yang bagimu siksa belum tentu bagiku. dan semoga kita semua setuju siksa adalah guyuran nikmat yang tertunda lalu luka yang dihasilkan dari siksa bukan hanya harus menyembuh tapi harus mengindah dan membarokah, semoga. 

Siksa adalah bau busuk percintaan katamu

Bahkan lebih siksa lagi percintaan busuk yg tanpa bau 

Dan yg paling tersiksa adalah sama sama tak bau apa-apa lalu saling menuduh

Tanpa bukti 

Hanya asumsi 

Mungkin ini, mungkin itu mungkin anu berkeliaran di pikiran 

Sekali lagi hanya asumsi

Lalu sama sama bersedih untuk hal-hal yang tak perlu 

Ingat "kesedihan yg salah adalah sumber masalah"  lalu sama sama mempersalahkan hal-hal yg belum tentu kejadian. Mengungkit ungkit masa lalu yg bahkan sama sekali tak ada hubungannya denganmu tak ada hubungannya dengan saat bersama-sama. 

Jika memang cinta masa depan saling suci. 

Katakan: kamu lahir ketika aku mulai jatuh cinta padamu

Dari lahir kita bersama 

Bukankah mesra kalo kita saling percaya saja

Bukankah semua bisa selesai dengan di jelaskan ? 

Yang masuk akal tapi hati mulai meragu 

Di iyakan sajalah

Berbondong-bondong kalimat itu mendera kepala lalu meledak 

Menjadi kalimat tanya 

Curiga 

Malas menjelaskan hal yang sama 

Pertanyaan pun nyaris sama terus berulang 

Hingga timbul karangan yg keluar konteks 

Lalu 

Saling menyalahkan

Siapa suruh nuduh

Siapa suruh ngarang

Hingga pada suatu ketika 

Buntu

Komunikasi macet 

Yang bertanya sudah tak percaya jawaban 

Yg tertuduh sudah muak menjawab

Diam dan hening 

Suntuk 

Cari pelarian