Tidak ada daun jatuh kecuali kehendak Tuhan semua kejadian berlalu begitu cepat aku sekarang tersadar jalani hidup dengan biasa saja dengan semestinya rendahkan tingkat bahagia.
Tidak boleh murung tidak boleh berjalan seperti orang mengantuk, tidak boleh mengutuk, biasa saja sederhana saja hidup dihutan dengan celana kulit kayu saja. Ga usah tau apa apa ga usah ingin apa apa ga usah inginkan surga. Biar itu jadi urusan Tuhan.
Tukang cukur dengan wajah mengantuk memotong rambutku bertanya "sepatu yg no. 2 atau 3 nih?" 2 aja pak . Jawabku
Sepatu pisau cukur merupakan hal baru buatku dan beliau menanyakan itu kujawab sekenaku. Semoga saja itu jawaban Tuhan.
Sungguh pun aku tak tahu apa tukang cukur itu sadar bahwa aku baru pertama kesitu.
Kalkulator di depanku menggelitik mataku dan aku masih tak berniat menggunakannya. Kalkulator bagiku hanya penting di padang mahsyar. Di dunia ini kita bisa menghitung apa ? Untuk serendahnya tingkat bahagia cukup dihitung dengan jari untuk pemikiran sederhana cukup dengan bergumam dalam hati. Tak perlu rumus yg menye menye dalam hidup. Lalu timbul pertanyaan, apakah dengan seperti itu peradaban akan berkembang ?
Orang orang sederhana tak memikirkan itu.
Toh peradaban berkembang alam juga mundur ?
Peradaban itu apa ?
Memang harus peradaban berkembang ?
Apakah dengan peradaban berkembang bukti manusia semakin maju ?
Maju itu apa ?
Orang orang sederhana bertanya perihal sederhana. Dengan pemikiran sederhana bahkan cinta yg sederhana.
Dan kalimat yg sederhana untukmu
"Selamat menikah bahagiakan suamimu bahagiakan hidupmu"
Sehat selalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar